BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia sebagai makhluk
sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara
individu yang satu dengan yang lainnya.
Adanya
perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi
suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut.
Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan
persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan
penyesuaian ditentukan oleh persepsinya. Kalau manusia mengadakan instropeksi
kepada diri masing-masing, memang dapat di mengerti kalau manusia ada yang
merasa senang kalau melihat sesuatu yang indah, berpikir ketika menghadapi
masalah, ingin membeli sesuatu kalau membuthkan sesuatu barang, semua ini
memberikan gambaran bahwa dalam diri manusia berlangsung kegiatan atau
aktivitas kejiwaan. Persepsi teramat penting bagi pemahaman dan terbentuknya
perilaku.
Persepsi merupakan
konsep yang sangat penting dalam psikologi. Melalui persepsilah manusia
memandang dunianya apakah dunia terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam,
semuanya adalah persepsi manusia yang bersangkutan. Persepsi harus dibedakan
dengan sensasi. Sensasi merupakan fungsi fisiologis, dan lebih banyak tergantung
pada kematangan dan berfungsinya organ-organ sensoris. Sensasi meliputi fungsi
visual, audio, penciuman dan pengecapan, serta perabaan, keseimbangan dan
kendali gerak. Kesemuanya inilah yang sering disebut indera.
Kehidupan indivdu tidak
dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosialnya. Sejak individu di lahirkan, sejak itu pula individu secara langsung
menerima stimulus dari luar dirinya, dan ini berkaitan dengan persepsi.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan persepsi?
2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi persepsi?
3. Bagaimana
proses persepsi yang terjadi pada seseorang?
4. Kesalahan apa saja yang terjadi terhadap persepsi?
5. Bagaimanakah
hukum-hukum persepsi menurut Teori Gestalt?
6.
Apa yang di maksud
dengan Tanggapan dan Fantasi?
C.
Tujuan
1. Sebagai
tugas Mata Kuliah Psikologi Umum
2.
Mempelajari tentang
persepsi lebih mendalam sehingga dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran
disekolah nantinya.
D. Manfaat
1. Bagi
penulis diharapkan makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang
persepsi.
2.
Pemahaman yang lebih
mendalam tentang persepsi yang terjadi pada seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
PERSEPSI
1. PERSEPSI
A.
Pengertian Persepsi
Persepsi berasal dari
bahasa Inggris Perception yang
berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami / menanggapi. Sedangkan secara
istilah, para psikolog berbeda-beda dalam mendifinisikan pengertian persepsi, di antaranya:
1. Sarlito
Wiraman Sarwono, persepsi merupakan kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan,
memfokuskan dan sebagainya.
2. Irwanto
dkk , mengemukakan bahwa persepsi ialah proses diterimanya rangsang (objek,
kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari
dan dimengerti.
3. Gulo
(1982: 207), persepsi ialah proses seseorang
menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera.
Jadi, Persepsi merupakan
suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang
diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Persepsi merupakan
stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diinderanya. Dengan kata
lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi kedalam otak manusia.
Persepsi stimulus dapat
datang
dari luar, tetapi juga dapat datang
dari dalam individu sendiri. Tetapi, sebagian besar persepsi melalui alat
indera penglihatan. Persepsi bersifat individual, meskipun stimulus yang
diterimanya sama, tetapi karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda,
kemampuan berfikir yang berbeda, maka hal tersebut sangat memungkinkan
terjadinya perbedaan persepsi pada setiap individu. Taraf terakhir dari proses
persepsi adalah individu menyadari apa yang diterima melalui alat indera atau
reseptor.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
1) Faktor
Internal
a. Fisiologis
b. Perhatian
c. Minat
d. Kebutuhan
yang searah
e. Pengalaman
dan ingatan
f. Suasana
hati
2) Faktor
Eksternal
a. Ukuran
dan penempatan dari obyek atau stimulus
b. Warna
dari obyek-obyek
c. Keunikan
dan kekontrasan stimulus
d. Intensitas
dan kekuatan dari stimulus
e. Motion
atau gerakan
C.
Proses Persepsi
Persepsi merupakan
bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan
diterapkan kepada manusia. Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan
kadang-kadang disebut variabel psikologis yang muncul di antara rangsangan dan
tanggapan.
Persepsi melewati 3 proses, yaitu :
a.
Proses fisik ( kealaman ) ------ Objek Stimulus
Reseptor atau alat indera.
b.
Proses Fisiologis ------
Stimulus Saraf Sensoris Otak
c.
Proses
Psikologis----- Proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang di terima.
Objek
|
Stimulus
|
Reseptor
|
Saraf
Sensorik
|
Otak
|
Saraf
Motorik
|
Persepsi
|
a.
Proses terjadinya
persepsi menurut Widayatun,
karena
adanya obyek atau stimulus yang merangsang untuk ditangkap panca indera
kemudian stimulus tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya “ pesan “ atau
jawaban ( respon ) adanya stimulus, berupa pesan atau respon yang dibalikan ke
indera kembali berupa “ tanggapan “ atau persepsi atau hasil kerja indera
berupa pengalaman hasil pengelolaaan otak.
b. Proses
persepsi lainnya dikemukakan oleh Walgito, yang menjelaskan terjadinya proses
persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera
atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang
diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini
dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga
individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu
akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau
pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf
terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang
diterima melalui alat indera atau reseptor. Dalam proses persepsi individu
tidak hanya menerima satu stimulus saja, tetapi individu menerima
bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Dengan skema sebagai
berikut:
Lingkungan Stimulus Organisme atau
individu Respon atau
reaksi
D.
Jenis-Jenis Persepsi
d. Persepsi
penciuman : Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.
e. Persepsi
pengecapan : Persepsi
pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu
lidah.
E.
Faktor – Faktor yang
Berperan dalam
Persepsi
a. Adanya
objek yang dipersepsi
Objek
menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
b. Adanya
indera atau reseptor
Yaitu
sebagai alat untuk menerima stimulus.
c. Diperlukan
adanya perhatian sebagai langkah awal menuju persepsi. Perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang di tujukan kepada sesuatu
atau sekumpulan objek.
2. Persepsi
Menurut Konsep Gestalt
Gestalt adalah istilah psikologi yang berarti "kesatuan yang
utuh". Hal ini mengacu pada
teori Persepsi Visual yang dikembangkan oleh psikolog Jerman
pada tahun 1920. Teori-teori ini berusaha untuk menggambarkan bagaimana orang
cenderung untuk mengatur unsur-unsur visual dalam kelompok atau keutuhan
bersatu ketika prinsip-prinsip
tertentu diterapkan. Prinsip-prinsip
ini:
a.
Hukum kedekatan (Proximity)
Hukum ini menyatakan bahwa apabila stimulus itu saling
berdekatan satu dengan yang lain, objek-objek persepsi
yang berdekatan cenderung diamati sebagai suatu kesatuan. Kedekatan terjadi
ketika elemen ditempatkan berdekatan. Mereka
cenderung dianggap sebagai sebuah kelompok.
Contoh : Pada
contoh ini, seseorang akan cenderung melihat ada dua kelompok gambar titik
merah dibandingkan dengan ada 4 lajur titik.
b.
Hukum kesamaan (Similarity)
Kesamaan terjadi
ketika benda terlihat mirip satu
sama lain. Orang sering
menganggap mereka sebagai kelompok atau pola .
Contoh : Persatuan terjadi
karena bentuk segitiga di bagian bawah lambang elang terlihat mirip dengan
bentuk yang membentuk sunburst.
Ketika
kesamaan terjadi, sebuah objek dapat ditekankan, jika berbeda dengan yang lain. Ini disebut anomally .
c. Hukum
bentuk-bentuk tertutup (Closure)
Adanya kecenderungan
orang mempersepsi sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap. Penutupan terjadi ketika sebuah benda tidak
lengkap atau spasi tidak benar-benar
tertutup .
Contoh : Meskipun panda di samping tidak lengkap,
cukup hadir untuk mata untuk menyelesaikan bentuk. Ketika persepsi
pemirsa melengkapi bentuk , penutupan terjadi.
d. Hukum
kesinambungan (Continuity)
Pola-pola yang sama dan
berkesinambungan, walau ditutup oleh pola-pola lain, tetap diamati sebagai
kesatuan.
Contoh : Pada gambar di samping, seseorang cenderung
untuk mempersepsikan bahwa ada dua garis yang bersilang membentuk huruf “X”,
alih-alih melihatnya sebagai kumpulan titik-titik.
e.
Hukum Pragnanz
Pragnanz
berarti penting, meaningsful yaitu
penuh arti atau berarti. Jadi, hukum ini adalah persepsi yang penuh arti, suatu
kebulatan yang mempunyai arti penuh, meaningsful.
f.
Hukum Kontinutas
Yang mempunyai kontinuitas satu dengan yang lain, akan
terlihat dari ground dan akan di persepsi sebagai suatu kesatuan.
3. Kesalahan dalam Persepsi
a.
Persepsi Cermin
Kecenderungan
untuk melihat perilaku sendiri kepada orang lain dan sekaligus menyalahkannya
di namakan “Persepsi Cermin ( Mirror
Image Perception ).
b.
Persepsi
Berubah-ubah
Kesalahan
persepsi yang dapat menimbulkan konflik dapat juga di sebabkan oleh persepsi
itu sendiri yang sering berubah-ubah tergantung keadaan subjek yang melakukan
persepsi itu, hubungan subjek dengan orang lain atau pihak lain, dan situasi
sesaat. Persepsi selalu subjektif, tidak objektif, jadi tidak mudah untuk
mengetahui mana yang benar.
4. Tanggapan
Istilah bayangan sering
disebut juga dengan istilah tanggapan. Dalam proses persepsi terjadilah
gambaran dalam jiwa seseorang. Ternyata, gambaran sebagai hasil proses persepsi
tidak langsung hilang setelah pengamatan selesai. Yaitu kemampuan membayangkan
atau menanggapi kembali hal – hal yang telah di amatinya itu. Dengan adanya
kemampuan ini sekaligus menunjukan bahwa gambaran yang terjadi pada waktu
persepsi tidak hilang begitu saja, tetapi dapat di simpan dalam jiwa individu
itu yang nantinya akan dapat dibayangkan dan ditanggapi kembali.
Pengamatan
|
Tersimpan
|
Gambaran atau Kesan-Kesan
|
Di Hadirkan Kembali
|
Tanggapan
|
Pada persepsi terjadi gambaran
sementara, namun antara persepsi dengan tanggapan memiliki beberapa
perbedaan yaitu :
Persepsi
|
Tanggapan
|
objek diamati terlihat jelas, lebih terang, detail
dan sempurna
|
objek yang diamati terlihat kabur dan tidak detail
|
terikat oleh tempat dan waktu,
sebab waktu dan tempat mengikat objek yang dipersepsi.
|
orang tidak dapat mempersepsi
apabila terlepas dari tempat dan waktu. Tanpa adanya obyek, orang dapat
menanggap atau membayangkan apa yang ingin di bayangkan.
|
memerlukan stimulus selama
stimulus itu bekerja dan selama perhatian tertuju kepadanya.
|
tidak memerlukan stimulus berlangsung selama perhatian tertuju kepada
membayangkan itu.
|
bersifat sensoris
|
bersifat imaginer
|
1) Bayangan eidetis
Bayangan
eiditis (eidos=arca, golek) merupakan gambaran yang jelas yang didapat setelah
persepsi. Apabila orang tidak dapat
membedakan persepsi dengan bayangan, maka orang akan mengalami halusinasi.
Bayangan eidetic ini banyak terdapat pada kalangan anak- anak tetapi
ini pun tidak berarti bahwa pada orang dewasa tidak ada yang mempunyai bayangan
semacam ini.. Gejala
yang terletak antara persepsi dan tanggapan adalah “bayangan pengiring” (afterimage) dan bayangan eidetis” .
2)
Bayangan
pengiring (afterimage)
tidak memiliki tempat yang pasti dalam medan penglihatan sebab berpindah-pindah
menurut gerakan mata. Bayangan pengiring timbul mengiringi proses persepsi
setelah persepsi itu berakhir. Hal ini dapat digambarkan misalnya jika orang
mematikan kipas angin, ternyata begitu kenop diputar, kipas angin tidak begitu
langsung berhenti, tetapi masih ada gerak yang mengiringinya sebelum berhenti
sama sekali.
Menurut Erich dan Walter Jaensch
bayangan eiditik ini dapat dibedakan menjadi dua macam :
a.
Tipe T (Tetanoide), pada tipe ini bayangan
lebih menyerupai bayangan pengiring. Sesudah melihat sesuatu benda seakan-akan
benda itu masih terlihat di hadapannya. Biasanya gambar ini menampak dengan
warna yang komplementer.
b. Tipe
B (basedoide), bayangan pada tipe ini dapat timbul dengan sendirinya, dan dapat
pula timbul dengan sengaja. Pada umumnya sifatnya hidup, bergerak, dan dengan
warna yang asli.
3)
Halusinasi dan Bayangan eidetic
Pada
halusinasi orang merasa bahwa ia seakan-akan menerima sesuatu stimulus yang
sebenarnya secara objektif stimulus tersebut tidak ada. Pada halusinasi terjadi
bayangan yang jelas seperti pada persepsi. Bayangan eidetic terjadi sebagai
hasil dari persepsi. Orang yang menderita halusinasi yaitu tidak menyadari
bahwa itu hanya bayangan saja.
4)
Reproduksi dan Assosiasi
Reproduksi adalah
pemunculan tanggapan-tanggapan dari keadaan di bawah sadar (tidak
disadari) ke dalam keadaan disadari. Reproduksi dapat muncul karena adanya
rangsangan atau pengaruh dari luar namun juga dapat muncul dengan sendirinya
tanpa sebab. Apabila bayangan satu dengan bayangan lainnya saling bertautan itu
terjadi maka munculah gejala psikologis yang disebut gejala assosiasi.
Assosiassi adalah terjadinya hubungan
antara gambaran hasil pengamatan dengan tanggapan/bayangan sehingga
menimbulkan kembali gambaran yg berhubungan dengan objek yang diamati.
Pada gejala assosiasi terdapat
hukum-hukum yang berlaku yang mengiringi peristiwa tersebut yaitu :
a.
Hukum sama waktu
Persepsi
yang sama waktu atau serempak menimbulkan bayangan yang sama waktu pula. Misal
bila mengingat gurunya maka akan ingat cara mengajarnya
b.
Hukum berurutan
Jika
dua bayangan atau lebih berturut-turut masuk dalam alam
kesadaran maka terjadilah asossiasi. Misal huruf abjad, melodi dan
sebagainya.
c.
Hukum persamaan
Artinya
bayangan yang mempunyai persamaan tertentu akan berassosiasi dan saling
mereproduksi. Misal lihat potret akan teringat orangnya, lihat macan akan ingat
kucing.
d. Hukum
perlawanan
Artinya
tanggapan-tanggapan yang berlawanan akan saling berassosiasi dan berreproduksi.
Misal tua-muda, kaya-miskin dan sebagainya.
e. Hukum
sebab akibat
Adalah
hukum pertalian logis atau tanggapan-tanggapan yang mempunyai kaitan logis satu
sama lain timbul bersama-sama, berassosiasi dan direproduksi ke dalam kesadaran
manusia.
5.
Fantasi
Ialah kemampuan jiwa
untuk membentuk tanggapan – tanggapan atau bayangan – bayangan baru. Dengan
kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang di hadapinya
dan menjangkau ke depan, ke keadaan yang akan mendatang.
Fantasi sebagai
kemampuan jiwa :
1)
Secara
di sadari, yaitu apabila individu betul – betul menyadari akan fantasinya. Misal : seorang pelukis yang sedang
menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya.
2)
Secara tidak di sadari,
yaitu apabila individu tidak secara sadar telah di tuntun oleh fantasinya.
Fantasi semacam ini terjadi pada anak-anak. Anak-anak sering mengemukakan hal –
hal yang bersifat fantastis.
A.
Macam-macam Fantasi
1) Fantasi
Aktif
2) Fantasi
Pasif
3) Fantasi
Mencipta
4) Fantasi
Tuntunan
Fantasi dibagi menurut caranya orang berfantasi :
1) Fantasi
yang mengabstraksi,
dengan mengabstraksikan beberapa bagian sehingga ada bagian-bagian yang
dihilangkan. Misal ada anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka untuk menjelaskan
digunakan lapangan.
2)
Fantasi yang
mendeterminasi, yaitu
cara orang berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya seorang
anak belum pernah melihat harimau, kemudian dikenalkan bahwa harimau adalah
kucing yang besar. Maka dalam fantasinya akan muncul gambaran kucing besar
sebagai harimau.
3)
Fantasi yang mengkombinasi, yaitu cara orang
berfantasi di mana orang mengkombinasikan pengertian pengertian atau
bayangan-bayangan
yang ada pada individu yang bersangkutan.
A. Tes
Fantasi
1) Test
TAT yaitu test yang berwujud gambar-gambar dan testee disuruh bercerita tentang
gambar itu.
2) Test
kemustahilan yaitu test yang berbentuk gambar-gambar atau ceritacerita yang
mustahil terjadi dan testee disuruh mencari kemustahilannya itu.
3) Heilbronner
Wirsma Test yaitu test yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama makin sempurna.
4) Test
Rorschach yaitu test yang berwujud gambar-gambar dan testee diminta untuk
menginterpretasikan gambar tersebut.
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi fantasi
1) Kurang
adanya penggunaan waktu kosong
2) Adanya
harapan-harapan/ cita-cita yang tinggi
3) Adanya
kesulitan pemecahan masalah
4) Adanya
Kelemahan pribadi
5) Adanya
perasaan pesimis terhadap masa depan
C. Kegunaan
Fantasi
a. Kegunaan
-
Dengan daya fantasinya,
manusia mampu membuat karya kreatif.
-
Dengan daya fantasinya,
manusia dpt. masuk kedunia imajiner, misalnya pada saat membaca novel.
-
Dengan fantasi pasif
(melamun), manusia dapat menghibur dirinya sejenak (asal tak terus menerus).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Persepsi
merupakan suatu proses psikologi yang didahului oleh penginderaan berupa
pengamatan, pengingat dan pengidentifikasian suatu objek. Alat-alat indera yang
dimiliki manusia menyebabkan manusia mampu berpikir, merasakan, dan memiliki
persepsi tertentu mengenai dirinya dan dunia sekitarnya. Agar individu dapat
menyadari dan mengadakan persepsi, maka ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. adanya
obyek atau stimulus yang dipersepsikan
b. adanya
alat indera/ reseptor, sebagai
alat untuk menerima stimulus
c. adanya
perhatian, sebagai
langkah awal menuju persepsi
2. Jenis-jenis
persepsi berdasarkan alat indera, yaitu persepsi visual, persepsi auditori,
persepsi perabaan, persepsi penciuman, dan persepsi pengecapan.
3. Teori-teori Gestalt
ini berusaha untuk menggambarkan bagaimana orang cenderung untuk mengatur
unsur-unsur visual dalam kelompok atau keutuhan bersatu, ketika prinsip-prinsip tertentu
diterapkan.
4. Kesalahan dalam Persepsi
c.
Persepsi Cermin
d.
Persepsi
Berubah-ubah
5.
Tanggapan adalah suatu proses
menghadirkan kembali gambaran yg telah diperoleh dari pengamatan.
6.
Fantasi adalah yang
berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan
hanya ada dalam benak atau pikiran saja (imajinasi). Fantasi dapat membuat orang
kreatif dengan imajinasinya dan dapat menghibur namun jika terlalu lama
berfantasi dapat berdampak buruk seperti mengalami kesulitan dalam menghadapi
hal di dunia nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :
-
Sarwono,
s. w. (2000). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
-
Walgito,
B. (2002). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
-
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
0 komentar:
Posting Komentar