RSS

Aliran - Aliran Psikologi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Psikologi sebagai ilmu yang akan selalu berkembang, seiring dengan berkembangnya teori-teori baru bermunculan. Teori-teori yang muncul biasanya merupakan kritik dari teori-teori sebelumnya. Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia dan hubungannya dengan lingkungannya. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan tingkah laku yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya rasa keingintahuan dalam memahami manusia, mulailah bermunculan tokoh-tokoh beserta teori-teori dan aliran psikologi yang mendukung penjelasan mengenai karakter, tingkah laku serta kejiwaan manusia. Setiap aliran yang muncul memiliki paham, pengertian dan mekanisme yang berbeda terhadap objek yang sama yaitu manusia.

Perkembangan ke arah terbentuknya psikologi modern seperti yang ada sekarang ini, tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh tokoh-tokoh aliran psikologi yang muncul mulai abad 20 setelah tokoh-tokoh ilmu jiwa berpaling dari filsafat dan terpengaruh oleh keberhasilan metode eksperimen, tetapi ini tidak berarti bahwa psikologi tidak terkena pengaruh filsafat.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana sejarah dan perkembangan aliran psikologi?
2.      Aliran apa saja yang ada dalam Psikologi?
C.    Tujuan Makalah

1.      Digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum.
2.      Untuk membahas tentang Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi.

D.    Manfaat

Dalam pembahasan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua dalam memperkaya kajian ilmu Psikologi mengenai Aliran-aliran Psikologi serta menambahi wawasan didalam mata kuliah Psikologi Umum.




BAB II
PEMBAHASAN



Tanah kelahiran Psikologi di Jerman. Oleh karenanya munculnya psikologi tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial Jerman yang memiliki misi membentuk manusia berkualitas dan penyedia tenaga kerja yang professional.

Ilmuwan pertama yang mempublikasikan psikologi secara luas adalah Wilhelm Wundt (1832-1920). Beliaulah yang disebut bapak Psikologi. Beliau menemukan psikologi sebagai ilmu murni bukan sebagai ilmu turunan dari filosofi dan fisiologi seperti yang dipikirkan oleh ilmuwan-ilmuwan jaman itu. Tepatnya pada tahun 1879 beliau mendirikan sebuah laboratorium eksperimen psikologi di Leipzig, Jerman. Tahun itulah yang diperingati sebagai tahun kelahiran psikologi.  Saat itu dianggap objek kajian sikologi adalah pengalaman kesadaran.

Psikologi terus berkembang hingga muncul paham yang berbeda dalam psikologi. Sekitar akhir abad 19 muncullah paham psikologi struktural dan fungsional. Para ilmuwan psikologi struktural seperti Titchener berpendapat bahwa seharusnya psikologi menelaah kesadaran dari elemen dasar yang membentuknya. Sedangkan psikolog fungsional, seperti William James menelaah psikologi dari tujuan kesadaran yang terjadi. Aliran psikologi fungsional inilah yang menjadi dasar pengaplikasian alat-alat dan tes-tes psikologi seperti tes IQ.



Berikut adalah bentuk gambaran dan perkembangan kajian ilmu psikologi:

JERMAN
a.       Psikologi strukturalisme / Eksperimen menekankan pada elemen mental, bahwa mental (jiwa) bisa diempiriskan dengan proses fisiologis
b.      Psikologi Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena makna dari jiwa itu sendiri berubah, sebab bentuk kesatuannya juga hilang. Menekankan pada fenomenologis dalam aktifitas mental namun tetap empiris.
c.       Psikoanalisa mengikuti keaktifan mental dari Gestalt (Freud dengan psikodinamikanya pada level kesadaran dan non kesadaran) namun tidak empiris (mencegah bergantung pada empirisme).

AMERIKA
a.      Psikologi Fungsionalisme penekanan pada fungsi mental bukan hanya penjabaran elemen-elemen mental (fisiologis)
b.      Psikologi Behaviorisme menyatakan bahwa jiwa atau proses mental bisa diempiriskan melalui perilaku nyata bukan fisiologis
c.       Psikologi Humanistik menyumbangkan arah yang positif dan optimis bagi pengembangan potensi manusia.

2.      Aliran – Aliran dalam Psikologi

A.    Aliran Behaviourisme

Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalisme. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.

Peletak aliran ini ialah : Ivan Petrovich Pavlov dan William Mc Dougall. Pavlov terkenal dengan experimen mengenai reflek terkondisi yang dilakukan terhadap anjing. Eksperimennya terhadap binatang anjing yang di operasi sedemikian rupa. Apabila anjing lapar dan melihat makanan, kemudian mengeluarkan air liur, ini merupakan respons yang alami yang di sebut sebagai respons yang tidak berkondisi UCR (unconditioned response). Apabila anjing mendengar bunyi bel dan kemudian mendengarkan telinganya, ini juga merupakan respon yang alami. Bel sebagai stimulus yang tidak berkondisi (unconditioned stimulus ) atau UCS dan gerak telinga sebagai UCR. Yang menjadi persoalan pada anjing adalah apakah dapat di bentuk suatu perilaku atau respons apabila anjing mendengar bunyi bel lalu mengeluarkan air liurnya. Ternyata, perilaku tersebut dapat di bentuk dengan cara memberikan Conditioned Stimulus ( CS ) berbarengan atau sebelum di berikan Stimulus yang alami ( UCR ) secara berulang kali, hingga akhirnya akan terbentuk respons berkondisi (Conditioned Response) atau ( CR ).

Bunyi Bel sebagai stimulus yang berkondisi ( CS ) dan mengeluarkan air liur sebagai respons berkondisi ( CR ). Apabila bunyi bel ( CS ) di berikan setelah di berikan makanan ( UCS ), maka tidak akan terjadi respons yang berkondisi tersebut. Anjing yang mengeluarkan air liurnya; menurutnya “ segala aktifitas kejiwaan pada hakikatnya merupakan rangkaian reflek “.

Selain Pavlov pembangunan aliran ini adalah Me Dougall, ia berpendapat mengenai teori “insting”. Menurutnya insting adalah kecenderungan bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu sebagai hasil pembawa sejak lahir  dan tidak dipelajari sebelumnya. Setelah eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov, maka muncullah pendapat-pendapat yang kemudian muncul sebagai aliran behaviourisme. Inti dari aliran ini adalah asumsi bahwa jiwa bukan materi sehingga tidak dapat diteliti secara langsung. Penelitian difokuskan pada tingkah laku dengan asumsi bahwa tingkah laku merupakan wujud dari kejiwaan manusia maupun hewan lainnya.

Obyek psikologi dalam aliran ini adalah “ Pelaku yang fenomenologis bukan prilaku yang metafisik”. Dan beberapa tokoh lain dalam aliran ini adalah john Watson, clark L.Hull, BF. Skinner dan Albert bandura.

Beberapa tokoh behaviourisme yang terkenal adalah:
1.      John B. Watson (1878-1958) : Teorinya yang terkenal adalah teori tentang Stimulus-Respon. Stimulus adalah semua objek di lingkungan termasuk perubahan jaring-jaring tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi.
2.      B.F. Skinner (1904-1990) : Salah satu pandangan pentingnya mengenai aliran behaviourisme adalah asumsinya mengenai perilaku. Perilaku yang muncul diperkuat oleh adanya Positibe Reinforcers (penguatan positif) dan ketiadaan Negative Reinforcerrs (penguatan negative) penguatan positif adalah meningkatnya respons karena adanya stimulus yang dibutuhkan dan sangat menyenangkan, sedangkan penguatan negative adalah peningkatan tingkah laku dalam menghindarkan kemudaratan.
3.      Aliran Behaviorisme memandang manusia sebagai mesin atau robot           (Homo Mecanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (Conditioning).
Melalui behaviourisme, ditemukan oleh sejumlah penelitian beberapa asa sebagai berikut:
a.       Classical conditioning : Suatu rangsangan akan menimbulkan pola raksi tertentu apabila rangsangan tersebut sering diberikan bersamaan dan menimbulkan seatu reaksi tersebut.
b.      Law of effect : Perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan akan cenderung diulang, sebaliknya bila akibat-akibat yang menyakitkan akan cenderung dihentikan.
c.       Operant conditioning : Pola perilaku akan manjadi mantap apabila telah menuai hal-hal yang diinginkan.
d.      Modeling : Adanya kecenderungan “mengidolakan” maka akan mengikuti dan menirunya.

B.     Aliran Psikoanalisis

Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu kedokteran dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang sangat menggejala. Sejak itu Freud dan doktor Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang menjadi subjek penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud melihat ketidak-runtutan keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada yang terbelah dari kepribadian Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa Freud pada kesimpulan struktur Psikis manusia: id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.

Freud menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia, antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi keinginan-keinginannya. Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka keinginan itu mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego lemah.

oleh sebab itu Fread menemukan “ metode psikoanalisis” yang bertitik tolak dari pandangan bahwa driver utama  bagi kebangkitan kembali sistem saraf adalah dorongan seksualitas manusia. Kebutuhan seksual merupakan prioritas utama yang menjadi motor penggerak dan akan mengembalikan pasien pada posisi semula.

Aliran Psikoanalisis merupakan aliran yang mencari penyebab munculnya perilaku manusia pada alam tidak sadar. Tokoh aliran ini adalah “ Sigmund Freud ” dari Australia pada akhir abad ke-19 , aliran ini berpendapat bahwa “ manusia adalah mahluk yang berkeinginan ( Homo Volens ) “.

Pandangan Psikoanalisa tentang Manusia, menurut Freud tujuan pokok dilakukannya analisis terhadap aspek-aspek kejiwaan manusia bukan untuk mendapatkan teknik penyembuhan gangguan jiwa tetapi untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai kehidupan kejiwaan pada umumnya.

Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:

1.      Id, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.
2.      Superego, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari lingkungannya.
3.      Ego, adalah pengawas realitas.

Contoh :
Anda adalah seorang bendahara yang diserahi mengelola uang sebesar Rp. 100.000.000 Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda: “Pakai saja uang itu sebagian, tak ada yang tahu!”. Sedangkan Ego berkata:”Cek dulu, jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara Superego menegur:”Jangan lakukan!”.

Pada masa kanak-kanak dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini oleh Freud disebut sebagai primary Process Thinking. Anak-anak akan mencari pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya).

Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang dewasa. Di sini disebut sebagai tahap Secondary Process Thinking. Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya missal, sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin menabung. Walau begitu kadangkala pada orang dewasa muncul sikap seperti Primary Process Thnking, yaitu mencari pengganti pemuas keinginan misal, menendang tong sampah karena merasa jengkel akibat dimarahi bos di kantor.

Tokoh lain dari psikoanalisis adalah Alfred Adler (1870-1937) teori-teorinya adalah sebagai berikut :
1.      Teori tentang Inferioritas Universa. Setiap manusia akan melakukan upaya menyesuaikan diri dengan kelemahan yang dimilikinya melalui berbagai bentuk perilaku konvensional sebagai - cara mengatasi kelemahannya.
2.      Teori tentang Striving For Superiority, yaitu motivasi bawaan yang menggerakkan manusia untuk bertahan hidup dan mengembangkan diri.

C.    Aliran Humanistik

Muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa. Oleh karenanya sering disebut sebagai The Third Force (The First Force Is Behaviorism, The Second Force Is Psychoanalysis).

Humanisme memandang bahwa aliran Behavourisme dan Psikoanalisis, telah merendahkan jati diri manusia yang dianggap robot yang mudah dikondisikan perilakunya.

Aliran humanisme memandang bahwa “manusia adalah mahluk yang mulia, yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spisiesnya. Aliran ini terdapat asas-asas penting mengenai manusia sebagai berikut:
1.      Manusia adalah mahluk yang memiliki kehendak bebas.
2.      Manusia adalah mahluk yang sadar atau berfikir.
3.      Manusia adalah mahluk yang mempunyai cita-cita dan merindukan sesuatu ideal.
4.      Manusia adalah mahluk yang kreatif.
5.      Manusia adalah mahluk yang bermoral.
6.      Manusia adalah mahluk yang sadar akan dirinya sendiri.
7.      Manusia adalah mahluk yang memiliki esensi kesucian.

Salah satu tokoh dari aliran ini – Abraham Maslow – mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat. Salah satu bagian dari Humanistik adalah logoterapi. Viktor Frankl yang mengembangkan teknik Psikoterapi yang disebut sebagai logotherapy (logos = makna).
Pandangan ini berprinsip:
1.      Hidup memiliki makna, bahkan dalam situasi yang paling menyedihkan sekalipun.
2.      Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita itu sendiri.
3.      Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang kita alami bahkan dalam menghadapi kesengsaraan sekalipun.

Abraham Maslaw juga dikenal sebagai “Bapak Spiritual” Psikologi Humanistik, bagi maslaw manusia dengan potensinya akan mampu mengembangkan bakat dan kemampuannya, pengembangan potensi dan aktualisasi diri dilakukan dengan cara mengalami kehidupan secara sistimatis, mulai yang terendah hingga yang tertinggi.

Carl Rogers tentang teori humanisme mengenai potensi diri manusia, ia mengemukakan ciri-ciri orang yang sehat sebagai berikut:
1.      Pandai menikmati hidup.
2.      Terbuka terhadap semua pengalaman.
3.      Memilih hidup sesuai dengan panggilan hati nurani.
4.     Apresiasif, bebas berfikir, tidak mau terikat, spakanitas, kreatif dan fleksibel.

D.    Aliran Kognitif

Psikologi kognitif adalah psikologi belajar yang merupakan bagian dari psikologi pendidikan, hanya saja dalam psikologi kognitif tujuan utamanya yang diarahkan adalah pada tingkah laku anak didik dalam formal atau informal. Psikologi kognitif memiliki tempat tersendiri dalam beberapa mazhab psikologi yang sampai hari ini terus mengalami perkembangan pesat.

Beberapa aliran yang terkait pada psikologi kognitif menurut Zuhairini, sebagai berikut :
1.      Aliran Progresivisme
Aliran ini mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan agar manusia bisa bertahan dalam menghadapi semua tantangan hidup. Aliran ini dinamakan Instrumentalisme,  Eksperimentalisme  dan Environmentalie karena ketiganya berkaitan satu sama yang lainnya. Sifat-sifat umum lainnya ini dikelompokkan menjadi dua keyakinan yakni, Sifat-sifat positif dan Sifat-sifat negatif. Pandangan filosofisnya berakal dari pragmatisme William James  dan John Dewey.



2.      Aliran Esensialisme
Aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada ketertarikan dengan doktrin tertentu, aliran memandang bahwa “ pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

3.      Aliran Perennialisme 
Aliran berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang lebih jelas merupakan tugas yang utama dari kehidupan. Pengaruh tokoh aliran ini adalah Plato dan Thomas Aquinus.

4.      Aliran Rekonstruksionisme
Aliran ini tidak jauh beda dengan aliran Perennialisme.

5.      Aliran Eksisttensialisme
Eksistensialisme adalah suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak dan tidak logis. Baginya, segala sesuatu dimulai dari pengalaman pribadi, keyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasan jalan untuk mencapai keyakinan hidupnya.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Aliran Behaviorisme 
Menganggap manusia seperti mesin atau robot dan berpendapat mengenai teori “insting”. Menurutnya insting adalah kecenderungan bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu sebagai hasil pembawa sejak lahir  dan tidak dipelajari sebelumnya. Tokohnya Pavlog dan Dougall. Melalui behaviourisme, ditemukan oleh sejumlah penelitian beberapa asa sebagai berikut: Classical conditioning, Law of Effect, Operant Conditioning, dan Modeling.
2.      Aliran Psikoanalisis
Beranggapan bahwa manusia adalah mahluk yang berkeinginan                    ( Homo Volens ). Tokohnya Sigmund Freud.
Struktur kepribadian, yaitu:
a.       Id, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.
b.      Superego, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari lingkungannya.
c.       Ego, adalah pengawas realitas.
3.      Aliran Humanisme
Beranggapan bahwa manusia adalah mahluk yang mulia, dimana semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya. Tokohnya Abraham Maslow.
4.      Aliran Psikologi Kognitif
Bagian dari psikologi pendidikan tujuan utamanya yang diarahkan adalah pada tingkah laku anak didik dalam formal atau informal.



DAFTAR PUSTAKA


-          Calvin S. Hall, G. L. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.
-          Sarwono, s. w. (2000). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
-          Walgito, B. (2002). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
-          http://www.edukasiana.net/
-          www.wikipedia.com
-          www.scribd.com




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar